Langit, apakah kamu ingat?
Aku pernah bercerita padamu waktu itu,
bahwa suatu hari nanti aku akan melihatmu dari belahan bumi yang berbeda
Langit, waktu itu aku pernah hampir menangis
karena setiap kali aku melihatmu,
aku seperti melihat impianku yang tidak pernah tau kapan ia akan terwujud
Langit, kamu pernah menjadi yang selalu
aku lihat saat aku baru saja keluar dari kelas
di waktu siang setelah aku selesai makan
di setiap waktu saat aku selesai sholat di mushalla
di setiap kali dalam perjalan balik ke asrama
selalu, di setiap aku punya kesempatan
Aku akan megadahkan wajahku ke atas
dan melihatmu dari balik daun-daun pohon yang ada di sisi jalan pulang
Lalu sambil memuji penciptamu wahai langit,
aku diam-diam berdo'a dalam hati
"semoga suatu hari nanti aku bisa berada di sana"
Tapi langit, waktu terus berlalu dan banyak hal yang telah kulewati
Aku semakin jarang melihatmu dan terlalu sibuk melihat sekitar
Aku berusaha mecapai target yang pada akhirnya tidak pernah tercapai
Aku sibuk menyemangati diri dengan berusaha mempercayai bahwa semuanya akan baik-baik saja
Aku menyimpan cerita impianku padamu waktu itu
dengan meletakkannya dalam laci terbawah memori jangka panjang
dan seperti sebuah draft pesan yang tidak tau mau dibawa kemana
cerita itu terus berada di sana tanpa bisa kuhapus atau kukirim pada kenyataan
Langit, tolong maafkan aku
karena cerita waktu itu sampai sekarang masih menjadi sebuah cerita
dan aku masih di sini, melihatmu dari tempat yang sama